Kuliah Dosen Tamu Magister Studi Agama-Agama: Dialog Lintas Iman dengan Narasumber Internasional
Penerimaan Cinderamata dan Foto Bersama Peserta-Narasumber
Yogyakarta, 27 September 2024 – Program Magister Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI) UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan Kuliah Dosen Tamu bertema “Membangun Dialog Lintas Iman di Era Globalisasi". Acara yang digelar di ruang Smart Room FUPI ini menghadirkan narasumber terkemuka, yaitu Prof. Dr. Al Makin, M.A. (Rektor UIN Sunan Kalijaga), Mr. Lawrence Chong (praktisi sosial dari Singapura), dan Mr. Paul Sagara (peneliti agama dari Filipina).
Kuliah ini dihadiri oleh ratusan peserta, termasuk dosen, mahasiswa, aktivis lintas agama, praktisi sosial, serta peneliti dari berbagai negara seperti Jerman, Singapura, Thailand, Kamboja, dan Belanda. Kehadiran peserta dari luar negeri menambah dimensi internasional dalam diskusi tentang pentingnya dialog lintas iman di tengah tantangan global. Acara dibuka oleh sambutan Prof. Al Makin, yang menekankan pentingnya dialog lintas agama dalam menjaga kerukunan di tengah keberagaman. Dalam paparannya, ia menyatakan,
“Indonesia memiliki pengalaman unik dalam mengelola pluralisme agama. Dialog lintas iman bukan hanya soal toleransi, tetapi juga berbagi hikmah dan nilai-nilai universal yang dapat menyatukan umat manusia.” Mr. Lawrence Chong dari Singapura berbicara tentang pendekatan inovatif dalam membangun dialog antaragama di tengah masyarakat urban yang semakin majemuk. Ia menyebutkan bahwa teknologi dan media sosial dapat menjadi alat penting untuk menyebarkan pesan damai, meski tantangannya adalah polarisasi yang sering kali muncul di ruang digital.Sementara itu, Mr. Paul Sagara dari Filipina mengulas pengalaman Asia Tenggara dalam menghadapi konflik berbasis agama. Ia menyoroti perlunya pendekatan berbasis komunitas dan pendidikan untuk mendorong generasi muda menjadi agen perdamaian.
Sesi diskusi berlangsung dinamis dengan antusiasme tinggi dari peserta. Sejumlah peneliti dari Eropa dan Asia Tenggara berbagai perspektif mengenai tantangan dialog lintas iman di negara mereka masing-masing. Aktivis dari Jerman, misalnya, mengungkapkan tantangan meningkatnya Islamofobia di Eropa, sementara delegasi dari Kamboja berbicara tentang pentingnya rekonsiliasi lintas agama pasca-konflik. Acara ini tidak hanya menjadi ruang diskusi ilmiah, tetapi juga menjadi wadah untuk membangun jejaring internasional. “Kolaborasi seperti ini penting untuk memperkuat pemahaman global terhadap isu-isu agama dan perdamaian,” ujar salah satu peserta dari Belanda.
Kuliah dosen tamu ini ditutup dengan pesan kolaboratif dari Prof. Al Makin yang mengajak seluruh peserta untuk terus berkontribusi dalam menciptakan dunia yang damai melalui dialog lintas agama. Ia menambahkan bahwa acara ini menjadi momentum penting dalam menegaskan peran akademisi, praktisi sosial, dan peneliti dalam memupuk harmoni di tengah keberagaman global. Acara ini mendapat apresiasi luas dari para peserta, baik dari dalam maupun luar negeri. Diharapkan, kegiatan serupa dapat terus diadakan untuk memperkuat kerja sama internasional dalam bidang studi agama dan perdamaian.