Mahasiswa Magister Studi Agama Agama (MSAA) Turut Serta dalam Kegiatan Donor Darah Lintas Iman
Mahasiswa MSAA berfoto bersama peserta donor darah
Hannifatunnisa; Mutia Ainun Nabila; Riski Mayang Sari; Riko Firdaus
Mahasiswa Studi Agama-Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Yogyakarta- Program Studi Inter-Religious Studies, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada mengadakan kegiatan pengabdian kepada Masyarakat melalui kegiatan donor darah di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Gunung Kidul, Jumat (15/12). Kegiatan donor darah lintas iman yang diinisiasi oleh Program Studi Inter-Religious Studies, S3 Universitas Gadjah mada ini bertujuan untuk merekatkan persaudaraan lintas iman di Kabupaten Gunung Kidul dan sekitarnya, melalui kesadaran akan pentingnya donor darah dalam mendukung stok darah yang memadai di PMI tanpa memandang status agama atau perbedaan lainnya. Kehadiran para tokoh agama mulai dari agama Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha yang tergabung dalam FKUB Kabupaten Gunung Kidul memberi semangat dan inspirasi kepada Masyarakat sekitar untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemanusiaan ini tanpa memandang status agama.
Kegiatan donor darah lintas iman untuk pertama kali dilakukan oleh ICRS UGM dan akan berkelanjutan. Namun, PMI sendiri sudah sering memfasilitasi kegiatan donor darah bekerja sama dengan komunitas-komunitas seperti komunitas Gereja, NU, Muhammadiyah, Karang Taruna, Rumah Sakit, Pesantren, dan lain-lain. dalam konteks sosial masyarakat, kegiatan ini sangat penting untuk dilakukan karena “Setetes darah nyawa bagi mereka” ini merupakan bentuk semboyan kemanusiaan. Tidak ada ruginya mendonorkan darah karena ini menyangkut masalah sosial, dimana Kegiatan kemanusiaan yang nilainya tak terhingga. Melalui donor darah sama saja dengan memberikan manfaat kepada orang lain selain itu dalam rangka tolong menolong. Menurut bapak Yohanes, beliau merupakan mahasiswa S3 ICRS UGM. Berdasarkan hasil wawancara beliau mengatakan bahwa motivasi donor darah sebagai upaya untuk mempererat persaudaraan lintas iman. Beliau mengatakan bahwa semua darah sama, walaupun darah tersebut berasal dari orang-orang yang berbeda agama. Setiap agama mengajarkan kebaikan, maka dari itu sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Beliau sudah banyak mendapatkan penghargaan yang berkaitan dengan donor darah. Sehingga beliau banyak memberikan motivasi kepada banyak orang untuk melakukan donor darah, karena donor darah memberikan banyak manfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Aksi donor darah lintas iman meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya donor darah dan keinginan kerja sama lintas agama. Kegiatan ini mendorong komunitas keagamaan untuk bekerja sama dalam mendukung kemanusiaan tanpa melihat latar belakang keagamaan.
Selain dihadiri oleh beberapa tokoh agama, kegiatan tersebut juga mengundang Bapak Ngatemi, selaku perwakilan dari FKUB Gunung Kidul. Dalam sambutannya, Bapak Ngatemi menyampaikan pentingnya peran setiap individu dalam membantu sesama melalui tindakan sederhana seperti donor darah sebagai wujud dari rasa kemanusiaan. “Kegiatan donor darah merupakan kegiatan kemanusiaan yang nilainya tinggi. Tentu, dalam agama apapun senantiasa mengajarkan tolong menolong. Dalam Islam juga dikatakan jika kamu menginginkan pertolongan Tuhan, maka senanglah untuk menolong orang lain, tanpa membedakan agama apapun, karena semua adalah umat Tuhan, jadi harus saling tolong karena kemanusiaan adalah milik kita semua” ujar Bapak Ngatemi, selaku perwakilan dari FKUB Gunung Kidul. Dalam wawancaranya, Bapak Ngatemin juga menyampaikan pentingnya kegiatan lintas iman, seperti donor darah. Hal tersebut untuk meningkatkan kerukunan beragama, selain donor darah, beberapa kegiatan di Gunung Kidul seperti jalan sehat untuk semua umat beragama dengan menggunakan kaos yang sama, dan kegiatan lintas agama lain yang diadakan untuk menjaga kerukunan umat beragama di Gunung Kidul. Uniknya, meskipun kabupaten Gunungkidul terdiri dari berbagai umat beragama, konflik jarang sekali terjadi di kota tersebut.
Selain itu, penulis juga bertanya kepada Bapak Ngatemi terkait dengan bagaimana respon Masyarakat luar terhadap donor darah lintas iman. Menurut pengalaman beliau, memang beberapa orang ada yang menolak menerima darah dari mereka yang berbeda keyakinan, hal tersebut sebagai bentuk kehati-hatian terhadap sesuatu yang tidak diinginkan dengan latar belakang agama. Namun, bapak Ngatemi menegaskan bahwasannya donor darah merupakan unsur kemanusiaan yang di dalamnya terdapat urusan darurat untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dalam islam sendiri, terdapat kaidah yang artinya “Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang terlarang”. Menurut Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim, tubuh dari non-muslim sejatinya adalah suci, tidak najis. Terkait dengan ayat yang menyatakan bahwa non-muslim dianggap najis, yang dimaksud ayat itu adalah aqidah mereka. Dengan demikian, dalam Islam, hukum mengenai transfusi darah dari non-muslim adalah diperbolehkan. “Sebenarnya ini jangan diambil dari unsur lain, harus dilihat dari unsur kemanusiaan. Saling membantu, saling memberi manfaat, kalau ada saudara kita yang hampir meninggal dan membutuhkan darah kita, sedangkan yang ada disitu orang Islam, yang butuh orang katolik, tidak masalah, karena itu adalah suatu hal yang darurat. Karena ketika keadaan darurat, maka dalam islam diperbolehkan. Kecuali jika hal tersebut berkaitan dengan perkawinan, tentu itu tidak boleh”, ujar Pak Ngatemi.
Tak hanya Bapak Ngatemi, penulis juga mewawancarai Ibu Asih, umat Kristen yang turut mengikuti kegiatan donor darah lintas Iman. Dalam wawancaranya, ia menyampaikan pentingnya program donor darah untuk membantu saudara-saudara kita diluar sana yang membutuhkan. Adapun kegiatan donor darah dengan embel-embel “lintas iman”, Ibu Asih mengaku hal tersebut merupakan program yang baik karena mampu mewujudkan kerukunan beragama melalui bentuk kegiatan kemanusiaan. Dari wawancara yang dilakukan, Ibu Asih mengaku mendapatkan info terkait dengan donor darah dari gereja yang setiap minggu ia datangi. Gereja akan menyampaikan kegiatan tersebut yang sebelumnya telah diminta oleh pihak FKUB untuk disampaikan kepada para jamaahnya. Bahkan, bukan sekali atau dua kali Ibu Asih turut dalam program seperti donor darah lintas iman, ia mengaku telah melakukan berkali-kali program tersebut, dan program-program lainnya yang bertujuan untuk perdamaian antar umat beragama. Bapak Subagio adalah salah satu pendeta yang hadir dalam acara donor darah lintas iman. Berdasarkan hasil wawancara beliau mengatakan bahwa donor darah merupakan bentuk nyata kepedulian terhadap sesama. Bapak Subagio menekankan bahwa donor darah merupakan salah satu ajang terbaik untuk beribadah dan bersedekah penuh keikhlasan.
Selain itu, PMI Kota Gunung Kidul juga turut mendukung kegiatan donor darah lintas iman ini dengan menyediakan fasilitas dan tim medis yang terampil untuk memastikan proses donor darah berjalan dengan aman dan lancar.Dengan semangat kepedulian terhadap sesama, kegiatan donor darah lintas iman yang dilakukan oleh program Program Studi Inter-Religious Studies, S3 Universitas Gadjah Mada hari ini menjadi sebuah Langkah baru untuk mendukung ketersediaan darah bagi pasien yang membutuhkan serta sebagai bentuk Langkah nyata membentuk perdamaian antar umat beragama di Gunung Kidul. Dengan harapan kedepannya, program ini bisa berjalan terus setiap tahunnya dan bisa memotivasi program-program lain untuk menciptakan kerukunan dan perdamaian dalam suatu masyarakat majemuk. Hal ini dilakukan semata-mata adalah untuk menjalin komunikasi, kerukunan antar umat beragama sehingga terbentuk persaudaraan lintas iman dan hal ini mencegah terjadinya konflik. Beragam kegiatan sosial keagamaan yang dilakukan FKUB dengan masyarakat Gunung Kidul diantaranya yakni kegiatan jalan sehat kerukunan dimana semua umat beragama menggunakan kaos yang sama, kegiatan perkemahan lintas iman hal ini dilakukan agar para pemuda saling mengenal untuk bisa saling menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Jika dilihat dari unsur kemanusiaannya, saling membantu dan saling memberi manfaat, apalagi menyangkut sosial kemanusiaan maka harus didahulukan.
Pandangan tentang mendonorkan darah yang tidak seiman, hal tersebut diperbolehkan. Tidak ada larangannya karena ini merupakan bentuk sosial. Kalau darurat semua diperbolehkan apalagi atas dasar tolong menolong. Menurut Ketua FKUB Gunung Kidul, Program ini bagus perlu dilanjutkan bukan hanya kegiatan donor darah, kegiatan jalan kerukunan, ikrar kerukunan, saling menjaga keamanan tetap berlanjut. Dengan kegiatan seperti ini hubungan kerukunan antar umat beragama terjalin, komunikasi terjalin kegiatan bersama bisa terjalin. Adalah bentuk kegiatan untuk menjaga kerukunan di gunung kidul. Melibatkan semua lintas agama tanpa memandang apapun. Karena semua sudah jelas batasannya antara aqidah, muamalah, dan ibadah. Donor darah adalah bentuk muamalah antara manusia.
Tujuan dari kegiatan donor darah lintas iman adalah untuk mendukung kemanusiaan tanpa memandang latar belakang keagamaan. Kegiatan ini mencerminkan semangat kerjasama lintas agama dalam kegiatan kemanusiaan. Donor darah juga dianggap sebagai bentuk ibadah dan kebaikan, serta sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama. Selain itu, aksi donor darah lintas iman juga dapat memperkuat jaringan antar komunitas keagamaan dalam mendukung penyediaan darah untuk keperluan transfusi. Tujuan dari donor darah lintas iman adalah untuk meningkatkan persatuan, solidaritas, dan kasih sayang di antara orang-orang yang berbeda latar belakang agama melalui tindakan mendonor darah.
Kegiatan donor darah lintas iman berfungsi sebagai ekspresi nyata kepedulian dan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, tanpa memandang afiliasi agama mereka. Inisiatif ini tidak hanya berkontribusi untuk menyelamatkan nyawa melalui donor darah tetapi juga menumbuhkan keharmonisan dan pemahaman di antara berbagai komunitas. Semua ini menunjukkan bahwa kegiatan donor darah lintas iman telah diterima dengan baik dan dianggap sebagai bagian penting dari kegiatan kemanusiaan dan keagamaan. Donor darah lintas iman mempunyai beberapa manfaat. Pertama, mendorong persatuan, solidaritas, dan kasih sayang di antara orang-orang yang berbeda latar belakang agama. Kedua, berkontribusi menyelamatkan nyawa melalui donor darah. Ketiga, memupuk keharmonisan dan saling pengertian di antara berbagai komunitas. Selain itu, donor darah secara rutin dapat merangsang produksi sel darah baru pada pendonor.
Kesimpulan dari donor darah lintas iman adalah bahwa kegiatan ini merupakan langkah nyata dalam mendukung ketersediaan darah, serta menjadi bentuk semangat antar umat dan kepedulian terhadap sesama. Selain itu, donor darah juga memiliki manfaat bagi pendonor, di antaranya adalah membantu merangsang produksi sel-sel darah baru. Melalui kegiatan donor darah lintas iman, terjalin pula kerja sama lintas sektor antara Pemerintah Daerah dan Swasta dalam upaya memperkuat kemitraan dan jejaring donor darah. Selain itu, aksi donor darah lintas iman juga dapat memperkuat jaringan antar komunitas keagamaan dalam mendukung penyediaan darah untuk keperluan transfusi. Dengan kegiatan donor darah dapat merekatkan persaudaraan lintas iman.