Muhammad Zaenul Kamar menjadi Narasumber Kegiatan “Dialog Mahasiswa S2 Muslim–Kristen: Menggali Makna Kedamaian dan Ketenangan Batin dalam Perspektif Alkitab dan Al-Qur’an” #Seri ke-16

Yogyakarta, 6 Desember 2025 – Program Studi S2 Studi Agama-agama UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan Program Studi S2 Pendidikan Agama Kristen Universitas Kristen Immanuel (UKRIM) kembali menyelenggarakan Dialog Mahasiswa S2 Muslim–Kristen edisi ke-16 pada Sabtu, 6 Desember 2025. Kegiatan rutin ini berlangsung secara daring melalui platform Zoom ini mengangkat tema “Kedamaian/Ketenangan Batin dalam Perspektif Alkitab & Al-Qur’an.” Dialog dimulai pada pukul 13.30 hingga 15.00 WIB dan diikuti oleh mahasiswa serta peserta lintas disiplin yang tertarik pada diskursus keagamaan dan spiritualitas.

Dialog ini dipantik oleh dua mahasiswa pascasarjana, yaitu Muhammad Zaenul Kamar (Mahasiswa S2 Magister Studi Agama-agama, UIN Sunan Kalijaga) dan Mury Haryanto (Mahasiswa S2 Pendidikan Agama Kristen, UKRIM). Keduanya menyampaikan pemaparan yang berfokus pada dinamika psikologis manusia modern yang kerap dilanda kekhawatiran, kegelisahan, hingga stres berat. Mereka menyoroti bagaimana kedua kitab suci, Al-Qur’an dan Alkitab, menyajikan panduan spiritual yang relevan untuk memperoleh kedamaian batin di tengah kondisi dunia yang tidak menentu. Muhammad Zaenul Kamar menekankan konsep sakinah dalam Islam, yang dipahami sebagai ketenangan yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya yang senantiasa berpaut kepada-Nya. Ia menjelaskan bahwa ketenangan bukan hanya hasil dari usaha manusia, tetapi juga karunia spiritual yang muncul melalui zikir, doa, dan kepasrahan diri. Sementara itu, Mury Haryanto memaparkan bagaimana Alkitab menggambarkan shalom sebagai kedamaian holistik yang meliputi kesehatan jiwa, relasi yang harmonis, serta keyakinan akan penyertaan Tuhan. Ia menegaskan bahwa iman dan kepercayaan yang teguh pada penyertaan ilahi merupakan fondasi bagi terciptanya ketenangan sejati.

Diskusi berlangsung hangat dan interaktif. Para peserta menyampaikan pertanyaan terkait pengalaman kegelisahan dalam kehidupan sehari-hari serta bagaimana ajaran kedua tradisi agama dapat diimplementasikan secara praktis sebagai mekanisme penyembuhan spiritual. Dialog ini kembali menegaskan pentingnya ruang-ruang perjumpaan lintas iman untuk memperkuat pemahaman, empati, dan kerja sama antarumat beragama. Melalui kegiatan ini, kedua program studi berharap dapat terus mendorong tumbuhnya tradisi akademik yang inklusif dan dialogis, sekaligus memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan perdamaian melalui pendekatan spiritual dan interdisipliner. Dialog mahasiswa lintas agama ini direncanakan akan berlanjut dalam edisi-edisi berikutnya dengan tema-tema yang semakin relevan dengan tantangan kehidupan modern.